Damainya mereka dia dipenjarakan, hanya kedengaran sekelumit melolongkan, terlabuh tirai Si Polan maka dia dipinggirkan, esak... sendu... laungan tak dihiraukan, Si Perdana kepuasan menghitung kekuasaan.
Sentuhan kasih bertanya sayang, menatih Si Perdana agar Wawasan tak hilang, disangka didikan amalan berpanjangan, rupanya tersungkur dek tuntutan yang disayang.
Sahut bersahut mendabik kehadapan, melaung semboyan konon tangkis serangan, lenyap Etika maka Prinsip berterbangan, bermodalkan Tradisi sangka kukuh taruhan, semakin dilaung semakin parah keretakan.
Tradisi digenggam harus dilancarkan, celik kelopak fana penglihatan, mengumpul satria…strategi dibentangkan, bersedia menentang kerah segala kekuatan, mara mengempur Sang Ayahanda yang memberi “teguran”.
Yang diseberang senak perut tertawa berterusan, berbisik jelas agar jangan terlepas genggaman “biar mereka melatah tak terkesan, kita melihat mereka berberantakan, semakin hangat semakin kita beruntungan, sedang mereka saling bermusuhan, kita mengumpul buat bekalan, tiba waktu kita pula bentangkan”.
Masa kan tiba pembentukan Kerajaan, waktu itu apa nak dihairan, Rakyat dah yakin tak perlu penjelasan apatah lagi berfitnah-fitnahan, hakikat terserlah 1 Muslihat Di Bongkarkan, mana Sang Perdana Sayang, yang itulah dia Dahulukan. Dimana Pencapaian yang diwar-warkan??? Jelas dan nyata sekadar 1 lagi omong-omongan. Siapa kan berkuasa sama-samalah kita fikirkan.
"Mereka Berkeuntugan
Dikala Kamu Bertikaman"